MATERI 2 : Sholat

Karena demikian banyaknya penegasan-penegasan tentang pentingnya shalat yang kita dapatkan dalam sumber-sumber agama, tentu sepatutnya kita memahami makna shalat itu sebaik mungkin. Berdasarkan berbagai penegasan itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa agaknya shalat merupakan "kapsul" keseluruhan ajaran dan tujuan agama, yang di dalamnya termuat ekstrak atau sari pati semua bahan ajaran dan tujuan keagamaan. Dalam shalat itu kita mendapatkan keinsyafan akan tujuan akhir hidup kita, yaitu penghambaan diri ('ibadah) kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dan melalui shalat itu kita memperoleh pendidikan pengikatan pribadi atau komitmen kepada nilai-nilai hidup yang luhur. Dalam perkataan lain, nampak pada kita bahwa shalat mempunyai dua makna sekaligus: makna intrinsik, sebagai tujuan pada dirinya sendiri dan makna instrumental, sebagai sarana pendidikan ke arah nilai-nilai luhur.
Hakikat shalat adalah menghadapkan hati dan jiwa kepada Allah dengan cara yang dapat mendatangkan perasaan takut dan cinta kepada-Nya, serta menumbuhkan dalam jiwa akan kebesaran-Nya. Sedangkan jiwa shalat adalah menghadap Allah dengan khusyu’, ikhlas dan kesadaran hati baik dalam berdzikir maupun memuji.
Shalat menurut istilah adalah do’a. Sedangkan menurut syara’ adalah suatu ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang khusus dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ibadah shalat adalah kewajiban bagi orang-orang yang beriman dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini tercantum dalam al-Qur’an surat An- Nisa’ ayat 103 yang artinya ”apabila kamu telah menyelesaikan shalat, maka ingatlah kepada Allah saat kamu berdiri, waktu duduk  dan ketika bernaring. Kemudian jika kamu telah merasa aman, laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu diwajibkan kepada orang-orang mukmin dengan waktu yang telah ditentukan”
Shalat juga dapat menentramkan jiwa dalam hal ini terungkap dalam al-Quran surat At-Taubah: 103
Sesungguhnya do’a (shalat) mu itu dapat menumbuhkan ketentraman jiwa bagi ereka. Allah Maha mendengar Maha mengetahui
Adapun ketentuan shalat adalah sebagai berikut:
1.         Syarat wajib shalat
Syarat wajib shalat yaitu:
a.    Islam
b.    Baligh/ dewasa
c.     Berakal
2.         Adapun syarat sahnya shalat adalah
a.     Suci badan dari hadas dan najis
b.     Suci pakaian dan tempat shalat dari najis
c.      Menutup aurat
d.     Sudah masuk waktu shalat
e.     Menghadap kiblat
3.         Rukun shalat adalah:
a.    Niat
b.    Takbiratul Ihram
c.     Berdiri tegak
d.    Membaca surah al- fatihah pada setiap rakaat
e.    Ruku’
f.     I’tidal
g.    Sujud
h.    Duduk antara dua sujud
i.      Duduk tasyahud akhir
j.      Membaca do’a tasyahud akhir
k.    Membaca shalawat Nabi Saw
l.      Salam
m.  Tertib
4.         Tata cara shalat
a.    Berdiri
b.    Takbiratul ihram (sambil mengangkat kedua tangan)
c.     Do’a iftitah
d.    Membaca al-fatihah
e.    Membaca surah salah satu dari al-qur’an
f.     Ruku’ dengan tumakninah
g.    I’tidal (seraya mengucap sami’allahu liman hamidah)
h.    Sujud dengan tuma’ninah
i.      Duduk antara dua sujud dengan tuma’ninah
j.      Sujud ke dua dengan tuma’ninah
k.    Tahiyat akhir dan membaca Tasyahud
l.      Mengucap Salam sambil menoleh ke kanan kemudian kiri

B.        Mengapa Allah Mewajibkan Shalat
Sesungguhnya Allah Swt adalah Tuhan yang maha Rahman dan maha rohim,yang maha tahu akan segala apa yang ada di bumi, sehingga setiap apapun yang diperintahkan dan dilarang olehnya benar – benar menunjukan kasih sayang dan cintanya kepada setiap mahluk di muka bumi.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-kautsar ayat 2, “ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”.
 Ayat tersebut menunjukan betapa pentingnya menjalankan ibadah yang satu ini, bahkan Allah mengancam manusia yang lalai dalam mengerjakan sholat dengan ancaman yang keras dalam surat al-maun ayat 4-5 “maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat yaitu orang-orang yang lalai dengan sholatnya”.
Apa sebenarrnya yang terkandung dalam sholat sehingga Allah Swt begitu memerintahkannya bahkan mengancam orang-orang yang lalai dengan ancaman yang keras apalagi orang yang meninggalkannya.Allah Swt memerintahkan untuk sholat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang kafir, selain itu sholat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah, dalam sebuah hadits qudsy dikatakan “kedekatan seorang hamba kepada-ku,seperti sesuatu yang aku fardukan (wajibkan ) padanya.dantidak henti-hentinya seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunat ,sehingga aku mencintainya,maka aku menjadi telinga yang ia pergunakan untuk mendengar,menjadi mata yang ia pergunakan untuk melihat.jika ia meminta padaku sungguh aku akan memberinya dan bila ia berdoa kepadaku niscaya aku akan mengabulkan.
C.        Tujuan dan Fungsi Shalat
Semua perbuatan yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan hamba-Nya, pasti memiliki fungsi dan peranan yang penting serta tujuan, termasuk di dalamnya perintah ibadah shalat. Adapun mengenai fungsi, peran dan tujuan shalat, diantaranya sbb.:
1.         Agar tergolong orang yang bertaqwa.
Ini sangat urgen, karena dengan menjalankan shalat, dia masuk kategori orang taqwa. Al Quran surat al-Baqarah 2-3 menyebutkan yang artinya:
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; (sebagai) petunjuk bagi mereka yang bertaqwa; (yakni) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka ”
2.         Untuk mencegah timbulnya perbuatan keji dan munkar.
Dasarya adalah Al Quran surat Al Ankabut 45 yang artinya:  “ Sesungguhnya shalat itu mencegah pemuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya dzikrullah itu paling besar. Dan Allah Mengetahui apa yang kamu perbuat” (QS. Al-Ankabut [29] : 45)
3.         Agar bisa meraih keberuntungan yang besar, yakni sorga.
Al Quran surat Al-Mu’minun 1-2 menyebutkan yang artinya : “ Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya”.
” Barang siapa mengerjakannya, tak ada sesuatu yang disia-siakannya karena merendahkan kedudukannya, maka adalah baginya di sisi Allah suatu janji akan dimasukkannya ke dalam sorga. ” ( Sayyid Sabiq).
Ayat itu dikuatkan dengan sebuah hadits dari sahabat ‘Ubbadah bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Lima shalat telah diwajibkan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Barang siapa meninggalkan kewajiban shalat dengan sengaja, sungguh ia benar-benar telah kafir.” (H.R. Ibnu Hibban).
4.         Agar terhindar dari neraka dengan segala kepedihannya.
Al Quran surat Al Muddatstsir 42-43 menyebutkan yang artinya : “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam Saqar (neraka)?”  Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat”
5.         Agar terhindar dari predikat Kafir.
Sebuah hadits menyebutkan : “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat, karenanya barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir.” (HR. At-Tirmizi)
6.         Agar segala amal kebaikannya diterima Allah SWT
Hal ini karena Allah tidak sudi menerima amal saleh dari mereka yang meninggalkan shalat. Sebuah hadits riwayat Ath Thabrani menyebutkan yang artinya : “Yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari qiamat, shalatnya, maka jika shalatnya baik, baik pula (diterima) semua amal kebaikannya yang lain, tetapi jika shalatnya rusak, rusak pula (ditolak) semua kebaikannya yang lain. ”
7.         Untuk Memperoleh 5 Karunia Besar
Dengan melaksanakan shalat dan menjaganya dengan baik, sejak dari menjaga waktu, kesucian, keikhlasan hingga kekhusyu’annya, maka seseorang akan memperoleh lima hadiah yang amat menggembirakan baginya dunia akherat.
8.         Agar Tubuh Tetap Sehat
Ditinjau dari segi kesehatan, gerakan-gerakan shalat ternyata masing-masing membawa dampak positif terhadap kesehatan bagi pelakunya.
Prof.Dr.H.A.Saboe dalam bukunya “Hikmah Kesehatan dalam Shalat” telah menguraikan paniang lebar pendapat-pendapat para ahli kesehatan dan masing masing gerakan.
Ketika sujud, posisi kepala berada di bawah, sehingga sirkulasi darah banyak masuk ke otak. Ini penting. karena orang yang otaknya tidak dialiri darah sedetik saja, orang itu bisa pingsan, bahkan bisa mati.

Dengan bersujud, dinding urat nadi otak dilatih dan dibiasakan menerima aliran darah relatif lebih banyak dari biasanya, sehingga kematian tiba-tiba yang disebabkan oleh pecahnya urat-urat nadi otak gara-gara kemasukan darah lebih banyak secara tiba-tiba misalnya ketika marah berat, itu bisa dihindarkan, karena sudah terlatih.
Hikmah lainnya, ketika bangkit dari sujud,di mana tangan diletakkan di sebelah kanan kiri lutut, hampir seluruh berat badan terpikul oleh otot-otot kedua tangan, dengan melibatkan otot-otot bahu, otot-otot dada, otot-otot perut, otot-otot punggung otot-otot leher dan otot-otot jari tangan.
Semua otot-otot itu akan berkontraksi yang menjadikan otot-otot tadi menjadi lebih besar dan lebih kuat, sedang kan urat-urat darah pembuluh nadi dan pembuluh darah balik serta urat-urat getah bening akan terurut, sehingga peredaran darah dan lympha menjadi lancar. Di mana hal ini amat membantu pekerjaan jantung dan mengerutnya dinding pembuluh darah. Dan seterusnya.
9.         Dengan shalat, kita bisa berkomunikasi langsung dengan Allah
Melalui shalat inilah manusia menghadapkan diri kepada Sang Pencipta dengan mengungkapkan pernyataan sumpah setianya, mengingat dan memuji Allah dan memohon atas segala hajat yang dibutuhkan. Untuk itu dibutuhkan kesungguhan (kekhusyu’an) hati, bukan hanya sekedar menghafal doa-doa.
10.      Agar Kita Menjadi Orang Disiplin.
Rasul SAW telah memberikan contoh bagaimana seseorang mela kukan shalat, dengan sabdanya : “ Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. ” (HR. Bukhari Muslim ). Di sini Rasul mendidik ummatnya untuk berdisiplin, sejak disiplin waktu, sampai dengan sikap hati pada setiap melakukan shalat.
11.      Didalam Shalat Berjama’ah Terkandung Falsafah Kepemimpinan yang Tinggi
Betapa banyak falsafah kepemimpinan yang terkandung di dalamnya, misalnya :
·           Menentukan siapa yang pantas dijadikan imam (pemimpin).
·           Sebelum shalat dimulai imam perlu menata shaf.
·           Imam agar membaca ayat disesuaikan dengan jamaah, barangkali ada yang tidak kuat berdiri lama, atau memiliki kesibukan lain.
·           Ma’mum harus mengikuti imam dalam segala gerakan
·           Bila imamnya salah, hendaknya diingatkan oleh ma’mum dengan cara bijak, cukup dengan mengucapkan Subhanallah.
D.        Akhlak dalam Shalat
Berbicara soal pendidikan, sama halnya membicarakan tentang kehidupan sebab pendidikan merupakan proses yang dilakukan oleh setiap individu menuju kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaannya, proses yang akan dilakukan itu akan berhenti ketika roh dan jasad telah berpisah. Dalam ajaran Islam setiap orang wajib untuk mendapatkan pendidikan, dengan pendidikan manusia dapat membedakan baik buruknya sesuatu dan pendidikan itu juga akan memberikan perkembangan dan perubahan pola hidup manusia kearah yang lebih baik, tentunya pendidikan yang dilaksanakan diharapkan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Seperti halnya dalam sholat selain salah satu dari rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh umat Islam dari dulu sampai sekarang, para ulama sepakat bahwasanya sholat 5 waktu itu adalah wajib, hal ini berdasarkan firman Allah SWT yang artinya “ Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat”, dan banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang sholat, dalam sholat terkandung nilai-nilai pendidikan.
Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam gerakan sholat diantaranya
1.         Gerakan berdiri
Berdiri ketika melaksanakan sholat adalah lambang masa kejayaan, masa yang sangat membahagiakan karena bisa berkarir dan memiliki segalanya seperti; uang, jabatan, harta benda yang melimpah dan lain-lain. Atas anugerah nikmat inilah maka sudah sewajarnya manusia harus memiliki sifat syukur kepada Allah, mensyukuri nikmat dapat dilakukan dengan hati, mulut, atau anggota badan lainnya. Syukur dengan hati yakni; niat melakukan kebaikan untuk semua makhluk, dan syukur dengan mulut yakni mengucapkan Hamdalah serta senantiasa lisan memuji Allah, berzikir, berdo’a dan bertasbih kepada-Nya, sedangkan syukur dengan anggota badan itu hanya untuk ketaatan kepada Allah SWT serta tidak untuk maksiat. (Imam Muksibin, 2007, h. 5-6). Dengan demikian gerakan berdiri ketika sholat diharapkan dapat member pengajaran kepada umat Islam agar menghindari diri dari sifat tidak bersyukur.
2.         Gerakan Takbir
Imam Bukhari berpendapat bahwa sholat yang benar adalah mengangkat keduatangan terlebih dahulu kemudian takbir (mengucapkan Allahu Akbar), mengangkat tangan adalah cara untuk menghilangkan sifat-sifat agung untuk selain Allah, sedangkan takbir adalah menegaskan keagungan Allah SWT. (Syafi’I Jalal Muhamad, 2006, h.69).
Bacaan takbir disertai dengan gerakan mengangkat kedua tangan ketika shalat merupakan salah satu tanda penghormatan kepada Allah SWT, karena biasanya kalau sesama manusia simbol penghormataan itu cukup dengan mengangkat satu tangan saja akan tetapi berbeda halnya ketika shalat seseorang harus ikhlas mengangkat kedua belah tangan ini menandakan bahwa seseorang itu harus menunjukkan sikap hormat yang lebih pada sang pencipta. Gerakan takbir memberikan pengajaran bahwa sikap saling menghormati antar sesama.
3.         Gerakan berseekap/meletakkan tangan didada.
Para ulama mengatakan meletakkan kedua tangan didada adalah salah satu cara mendapatkan kekhusukan (ketenangan) ketika shalat. Shalat merupakan cara untuk menjadikan hati tenang dan ketentraman seabagimana firman Allah :
Artinya : Yaitu orang-orang yang bermain dan mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah. hati menjadi tentram (Q.S.Ar. Ra’d : 28)
Saat berdiri bersedekap menunjukkan simbol kekhusukan, memberi pengajaran kepada umat Islam agar mempunyai sifat tenang (tidak mudah stress) dan memberikan pengajaran supaya tidak tergesa-gesa ketika bertindak.
4.         Gerakan Ruku’
Posisi ruku adalah posisi tengah-tengah antara berdiri tegak dengan sujud. Bila posisi tegak melambangkan kejayaan (dewasa), mara posisi ruku’ melambangkan masa-masa umur setengah baya, sedangkan sujud mengandung makna umur telah uzur (tua renta), semua sikap dan gerakan shalat seakan-akan menggambarkan perjalanan hidup dan masa dewasa disusul dengan usia setegah baya kemudian memasuki usia senja dan diakhir dengan salam berarti meninggalkan dunia.
Keseimbangan posisi tubuh dalam gerakan ruku’ dihadapkan dapat memberikan pengajaran kepada umat Islam agar selalu istiqomah, sabar dan tidak mudah putus asa menghadapi berbagai cobaan yang diberikan oleh Allah SWT.
5.         Gerakan I’tidal
Sikap I’tidal artinya adalah berprilaku sedang artinya tidak berlebihan baik dalam makanminum, berpakaian dan berbelanja. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syetan dan syetan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya (Q.S.Al.Isra:27)
Dengan demikian gerakan i’tidal mengajarkan kepada kita agar terhindar dari sifat berlebihan dalam sesuatu karena sifat berlebihan itu akan banyak memberikan mudharat.
6.         Gerakan Sujud
Sujud adalah kondisi terbaik manusia dihadapkan Allah. Sujud adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, derajat tertinggi penyembahan sebab manusia meletakan anggota tubuh yang tertinggi yaitu kening di atas tanah dan menampakan kehinaan dan kelemahan dihadapan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Kuasa (Qiraati, h.155-156).
Gerakan sujud ini melambangkan ketidakmampuan manusia dihadapan Tuhannya. Karena wajah yang dikagumi setiap bercermin sebagai simbol kemuliaan harus pasrah
disatukan dengan tanah, lambing kehinaan karena letaknya di bawah sejajar dengan kaki. (Wratsongko, h.23).
Gerakan sujud dapat mengurangi tekanan darah tinggi, menghilangkan egoisme, dan kesombongan meningkatkan kesabaran dan kepercayaan kepada Allah. Menaikan kestabilan rohani dan menghasilkan energi batin yang tinggi diseluruh tubuh. Faktur ini menunjukkan ketundukan dan kerendahan hati yang tinggi. (Haryanto, h.70).
7.         Gerakan Duduk Diantara Dua Sujud
Gerakan duduk diantara dua sujud merupakan salah satu bentuk ketaatan dan bukti rasa cinta kepada Allah karena seseorang mengaku akan kelemahannya yaitu duduk bersimpuh tidak berdaya dihadapan Allah.
8.         Gerakan Duduk Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir
Gerakan duduk tasyahud awal dan duduk tasyahud akhir, posisi kaki kanan ditegakkan dan diletakkan diatas kaki kiri, hal ini merupakan tanda bahwa anggota tubuh bagian kanan lebih kuat dan mulia dari pada anggota tubuh bagian kiri. (Syafi’i, h.165-166).
Posisi ini memberikan pengajaran kepada kita bahwa anggota tubuh bagian kanan lebih mulia dan lebih sesuai untuk melakukan perbuatan yang baik. Apabila seseorang memberikan sesuatu atau menolong orang lain dengan tangan kiri menurut pandangan tidak mempunyai tatacara atau etika, walaupun secara hukum tidak ada dalil yang mengharamkan memberi atau menolong menggunakan tangan kiri.
9.         Gerakan Salam
Di dalam sholat diakhiri dengan salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mengandung arti seolah-olah seseorang berjanji dihadapan Allah bahwa bersedia untuk selalu melakukan sesuatu yang membuat keselamatan, kedamaian, dan ketenteraman terhadap orang lain dan lingkungan termpat dimanapun berada. (Sayuti, h.99).
Gerakan salam yang dilakukan menoleh ke kanan dan ke kiri, pada saat mengakhiri sholat memberikan pengajaran kepada umat Islam untuk senantiasa menumbuhkan rasa saling peduli terhadap orang yang membutuhkan bantuan dan bisa membuat keselamatan.
E.         Hikmah Sholat
Sebagian hikmah disyariatkannya shalat adalah bahwa shalat itu dapat membersihkan jiwa, dapat menyucikannya, dan menjadikan seorang hamba layak bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dunia dan berada dekat dengan-Nya di surga. Bahkan shalat juga dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. 
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“...Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar...” (Al-Ankabut: 45).
Shalat merupakan ibadah yang penting dan utama bagi umat Islam. Begitu pentingnya shalat sehingga untuk memberikan perintah shalat Allah berkenan memanggil sendiri Rasulullah SAW untuk menghadap-Nya secara langsung. Sedangkan untuk perintah-perintah Allah yang lain selalu disampaikan kepada Rasulullah melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena shalat merupakan ibadah yang terpenting bagi kehidupan umat, maka tentulah banyak mengandung hikmah baik ditinjau secara moral (rohani) maupun fisik (jasmani).
Shalat merupakan benteng hidup kita agar jangan sampai terjerumus ke dalam perbuatan keji dan munkar. Hal ini tampak jelas dalam firman Allah SWT :
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar"(QS. Al Ankabut 45)
Shalat yang khusu’ mewujudkan suatu ibadah yang benar-benar ikhlas, pasrah terhadap zat Yang Maha Suci dan Maha Mulia. Di dalam shalat tersebut kita meminta segala sesuatu dari-Nya, memohon petunjuk untuk mendapatkan jalan yang lurus, mendapat limpahan rahmat, rizki, barokah dan pahala dari-Nya. Oleh karena itu orang yang shalatnya khusu’ dan ikhlas karena Allah SWT akan selalu merasa dekat kepada-Nya dan tidak akan menghambakan diri, tidak akan menjadikan panutan selain daripada Allah SWT. Dengan kata lain segala sesuatu yang dilakukan hanyalah karena Allah dan hanya untuk mendapatkan ridlo’ dari Allah. Maka pantaslah jika Allah berfirman :
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusu’ dalam sembahyangnya"(QS. Al Mu’minuun 1-2)
Disamping itu shalat juga membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang buruk, khususnya cara-cara hidup yang materialis yang menjadikan urusan duniawi lebih penting dari segala-galanya termasuk ibadah kepada Allah. Kebersihan dan kesucian jiwa ini digambarkan dalam sebuah hadits :
"Jikalau di pintu seseorang diantara kamu ada sebuah sungai dimana ia mandi lima kali, maka apakah akan tinggal lagi kotorannya (yang melekat pada tubuhnya) ? Bersabda Rasulullah saw : ‘Yang demikian itu serupa dengan shalat lima waktu yang (mana) Allah dengannya (shalat itu) dihapuskan semua kesalahan’."(HR. Abu Daud)
Yang dimaksud kesalahan disini adalah yang berupa dosa-dosa kecil, sedangkan yang berupa dosa besar tetap wajib dengan bertaubat kepada Allah.
Jadi pada hakekatnya shalat itu mendidik jiwa kita agar terhindar dari sifat-sifat takabur, sombong, tinggi hati, dan sebagainya, serta mengarahkan kita agar selalu tawakal dan berserah diri kepada Allah SWT. Hal ini karena pada dasarnya manusia selalu berkeluh kesah apabila ditimpa kesusahan dan bersifat kikir apabila mendapat kebaikan, ini sesuai dengan salah satu firman Allah :
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, maka ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya" (QS. Al Ma’aarij)
Apabila kita mendapat suatu musibah maupun kesulitan, maka kita harus memohon pertolongan kepada Allah dengan mengerjakan shalat dan bersabar serta tawakal.
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’." (QS. Al Baqarah 45)
"Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."(QS. Al Baqarah 153)
Di dalam salah satu firman-Nya Allah juga menegaskan nilai positif dari shalat :
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram"(QS. Ar Ra’d 28)
Disamping hal-hal diatas, shalat juga membina rasa persatuan dan persaudaraan antara sesama umat Islam. Hal ini dapat kita lihat antara lain, apabila seseorang shalat tidak dalam keadaan yang khusus pasti selalu menghadap kiblat yaitu Ka’bah di Masjidil Haram Mekah. Umat Islam di seluruh dunia mempunyai satu pusat titik konsentrasi dalam beribadah dan menyembah kepada Khaliq-nya yaitu Ka’bah, hal ini akan membawa dampak secara psikologis yaitu persatuan, kesatuan, dan kebersamaan umat. Contoh lain adalah pada shalat berjamaah, shalat berjamaah juga mengandung hikmah kebersamaan, persatuan, persaudaraan dan kepemimpinan dimana pada setiap gerakan shalat ma’mum mempunyai kewajiban mengikuti gerakan imam, sedangkan imam melakukan kesalahan, maka ma’mum wajib mengingatkan. Sehingga pada shalat berjamaah keabsahan maupun kebenaran dalam shalat lebih terjamin, dan diantara jama’ah akan timbul rasa kebersamaan dan persatuan untuk menyelamatkan jama’ah mereka. Ibarat orang berkendaraan, penumpang akan selalu ikut menjaga keamanan dan keselamatan kendaraan yang ditumpanginya. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika shalat berjamaah mendapatkan tempat yang lebih dibandingkan dengan shalat sendiri. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw :
"Shalat berjamaah lebih utama (pahalanya) dua puluh derajat" (HR. Bukhary & Muslim dari Ibnu Umar)
F.         Makna Spiritual Shalat
“Shalat adalah mi’ rajnya orang beriman”, demikian sabda Rasul saw. Alangkah agung makna sabda tersebut bagi para pecinta. Dalam setiap shalatnya, seorang pecinta akan bercengkerama dengan Zat yang dicintainya. Sehingga tidaklah heran apabila banyak riwayat yang menyebutkan bahwa baginda Rasul saw dan para syi’ahnya selalu menanti-nantikan tibanya waktu pelaksanaan shalat.
Ibadah shalat merupakan ajang bagi seorang pecintauntuk secara langsung berkeluh kesah dan menyampaikan kerinduannya kepada Zat yang dicintainya. Setiap pecinta yang hendak menunaikan shalat akan mempersiapkan betul keadaan dirinya dengan berhias sebaik mungkin. Sebabnya, pada saat itu dirinya akan berjumpa dengan kekasihnya, Allah swt. Ibadah shalat juga merupakan sarana komunikasi antara manusia dengan Allah swt. Bahkan, boleh dibilang sebgai sarana terbaik. Karena itulah, dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa shalat merupakan tonggak agama.
Tujuan utama dari pelaksanaan ibadah shalat adalah mendekatkan dan selalu mengingatkan manusia kepada Tuhannya. Dengan begitu, mereka tidak akan sampai terjerumus dalam lembah kenistaan. Inilah intisari dari uraian yang akan disampaikan Imam Ali Khamenei dalam bukunya yang amat berharga ini.
Dengan cara yang memukau, beliau memaparkan tentang makna sebenarnya dari ibadah shalat dan apa pengaruh positifnya; selain pula mengemukakan tentang apa saja yang harus dipersiapkan seseorang yang hendak shalat. Uraian beliau yang begitu padat, gamlang, namun kaya makna ini, memudahkan siapapun untuk memahaminya. Semoga Allah swt memberikan inayah kepada kita semua sehingga memiliki kesanggupan untuk mencerna dengan baik apa yang diinginkan penulis dengan uraiannya tentang shalat.
G.       Ancaman bagi Orang yang Meninggalkan Shalat

Meninggalkan shalat adalah perkara yang teramat bahaya. Di dalam berbagai dalil disebutkan berbagai ancaman yang sudah sepatutnya membuat seseorang khawatir jika sampai lalai memperhatikan rukun Islam yang mulia ini. Tulisan kali ini akan mengutarakan bahaya meninggalkan shalat menurut dalil-dalil Al Qur’an secara khusus.
Dalil Pertama
Firman Allah Ta’ala,
 Maka apakah patut Kami menjadikan orng-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir) ?” (Q.S. Al Qalam [68] : 35)
Pada hari betis disingkapkandan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera.” (Q.S. Al Qalam [68] : 43)
Dari ayat di atas, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak menjadikan orang muslim seperti orang mujrim(orang yang berbuat dosa). Tidaklah pantas menyamakan orang muslim dan orang mujrim dilihat dari hikmah Allah dan hukum-Nya.
Kemudian Allah menyebutkan keadaan orang-orang mujrim yang merupakan lawan dari orang muslim. AllahTa’ala berfirman (yang artinya),”Pada hari betis disingkapkan”. Yaitu mereka (orang-orang mujrim) diajak untuk bersujud kepada Rabb mereka, namun antara mereka dan Allah terdapat penghalang. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana orang-orang muslim sebagai hukuman karena mereka tidak mau bersujud kepada-Nya bersama orang-orang yang shalat di dunia.
Maka hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggalkan shalat akan bersama dengan orang kafir dan munafik. Seandainya mereka adalah muslim, tentu mereka akan diizinkan untuk sujud sebagaimana kaum muslimin diizinkan untuk sujud.
Dalil Kedua
Firman Allah Ta’ala,
 Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”.” (QS. Al Mudatstsir [74] : 38-47)
Setiap orang yang memiliki sifat di atas atau seluruhnya berhak masuk dalam neraka saqor dan mereka termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). Pendalilan hal ini cukup jelas. Jika memang terkumpul seluruh sifat di atas, tentu kekafiran dan hukumannya lebih keras. Dan jika hanya memiliki satu sifat saja tetap juga mendapatkan hukuman.
Jadi tidak boleh seseorang mengatakan bahwa tidaklah disiksa dalam saqor kecuali orang yang memiliki seluruh sifat di atas. Akan tetapi yang tepat adalah setiap sifat di atas patut termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). Dan Allah Ta’ala telah menjadikan orang-orang mujrim sebagai lawan dari orang beriman. Oleh karena itu, orang yang meninggalkan shalat termasuk orang mujrim yang berhak masuk ke neraka saqor. Allah Ta’ala berfirman,
 Sesungguhnya orang-orang yang mujrim (bedosa) berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!”.” (QS. Al Qomar [54] : 47-48)
 Sesungguhnya orang-orang yang mujrim (berdosa), adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Muthaffifin [83] : 29). Dalam ayat ini, Allah menjadikan orang mujrim sebagai lawan orang mukmin.
Dalil Ketiga
Firman Allah Ta’ala,
 “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta’atlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. An Nur [24] : 56)
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala mengaitkan adanya rahmat bagi mereka dengan mengerjakan perkara-perkara pada ayat tersebut. Seandainya orang yang meninggalkan shalat tidak dikatakan kafir dan tidak kekal dalam neraka, tentu mereka akan mendapatkan rahmat tanpa mengerjakan shalat. Namun, dalam ayat ini Allah menjadikan mereka bisa mendapatkan rahmat jika mereka mengerjakan shalat.
Dalil Keempat
Allah Ta’ala berfirman,
 Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107] : 4-5)
Sa’ad bin Abi Waqash, Masyruq bin Al Ajda’, dan selainnya mengatakan, ”Orang tersebut adalah orang yang meninggalkannya sampai keluar waktunya.”
Ancaman ‘wa’il’ dalam Al Qur’an terkadang ditujukan pada orang kafir seperti pada ayat,
 Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Fushshilat [41] : 6-7)
 “Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Al Jatsiyah [45] : 7-9)
 Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14] : 2)
Terkadang pula ditujukan pada orang fasik (tidak kafir), seperti pada ayat,
 Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.” (QS. Al Muthaffifin : 1)
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS. Al Humazah [104] : 1)
Lalu bagaimana dengan orang yang meninggalkan shalat (dengan sengaja)? Apakah ancaman ‘wa’il’ tersebut adalah kekafiran ataukah kefasikan?
Jawabannya : bahwa lebih tepat jika ancaman ‘wail’ tersebut adalah untuk orang kafir. Kenapa demikian?
Hal ini dapat dilihat dari dua sisi :
1)    Terdapat riwayat yang shohih, Sa’ad bin Abi Waqqash mengatakan tentang tafsiran ayat ini (surat Al Ma’uun ayat 4-5), ”Seandainya kalian meninggalkan shalat maka tentu saja kalian  kafir. Akan tetapi yang dimaksudkan ayat ini adalah menyia-nyiakan waktu shalat.”
2)    Juga ditunjukkan oleh dalil-dalil yang menyatakan kafirnya orang yang meninggalkan shalat, sebagaimana yang akan disebutkan.
Dalil Kelima
Firman Allah ‘Azza wa Jalla,
 Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam.
Dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu bagian neraka yang paling dasar- sebagai tempat bagi orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu). Seandainya orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini (ghoyya) yang merupakan bagian neraka paling bawah, bukanlah tempat orang muslim, namun tempat orang-orang kafir.
Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan,”kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh”. Maka seandainya orang yang menyiakan shalat adalah mu’min, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.
Dalil Keenam
Firman Allah Ta’ala,
 Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah [9] : 11)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Jika shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman. Mereka bukanlah mu’min sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
 Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49] : 10)
Meninggalkan shalat karena mengingkari dan tidak mengakui kewajibannya adalah kafir dan dianggap murtad dari Islam. Pendapat ini yang disepakati oleh kaum muslim. Adapun orang yang meninggalkan shalat karena malas atau karena sibuk dengan sesuatu yang tidak perlu (menurut syari’at) tetapi masih mengimani kewajiban shalat, maka terdapat banyak hadits yang mengemukakan. Antara lain hadits dari:
1.       Jabir bahwa Rosulullah Saw
Artinya “ (yang membatasi)antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”
2.       Buraidah bahwa Rosulullah Saw bersabda
“ Perjanjian diantara kita dan mereka adalah shalat. Barang siapa meninggalkan shalat, maka ia kafir.
3.       Abdullah bin Amru bin Ash. Bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“ Barang siapa yang menjaga shalat, maka ia akan menjadi cahaya, petunjuk, dan keselamatan baginya di hark kiamat. Dan barang siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak akan menjadi cahaya, petunjuk, dan keselamatannya baginya. Di hari kiamat nanti ia kan (dikelompokkan) bersama Qarun, Fir’un, Haman, dan Ubai bin Khalaf”
Ketika Malaikat Jbril turun dan berjumpa dengan Rasulullah SAW, Ia berkata, “ Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima puasa, zakat, haji, sedekah, dan amal shaleh seseorang yang meninggalkan shalat. Ia dilaknat di dalam Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an. Demi Allah yang telah mengutusmu sebagai nabi pembawa kebenaran, sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat, setiap hari mendapat 1.000 laknat dan murka. Para Malaikat melaknatnya dari langit pertama hingga ketujuh.

Orang yang meninggalkan shalat tidak akan memperoleh minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaatmu, dan tidak termasuk sebagai ummatmu. Ia tidak berhak dijenguk ketika sakit, diantarkan jenazahnya, diberi salam, diajak makan dan minum. Ia juga tidak berhak memperoleh rahmat Allah. Tempatnya kelak di dasar neraka bersama orang-orang munafik, siksanya akan dilipat gandakan, dan di hari qiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu neraka jahannam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah kedalamnya, terjun dengan kepala terlebih dahulu, menukik ketempat Qorun dan Haman di dasar neraka.
Orang yang meninggalkan shalat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawwiyah.” Lalu Rasullulah SAW bersabda,”Barangsiapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya, lalu mengqadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun). Sedangkan ukuran satu haru di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.”

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment (0)